Selasa, 05 Juni 2012

PENYAKIT PADA SAPI PERAH dan pada PEDET



Gejala sakit:
  1. Suhu tubuh > 39 °c.
  2. Hidung kotor dan berlendir, sulit bernafas dan batuk.
  3. Membengkaknya tali pusar.
  4. Bagian pantat kotor oleh feses, berbau menyengat.
  5. Lesu, bulu kusut dan kasar serta perutnya buncit.
         1. Acute Calf Septicemia
            Merupakan penyakit ganas yang menyerang pedet sekitar umur 3-5 hari setelah lahir. Gejala spesifik : diare dengan bau yang sangat   menyengat dan berwarna abu- abu keputihan.
Gejala umum : kondisi pedet lemah, dehidrasi,  mata cekung dan nafsu makan turun.
Penyebab : Virus dan Escherichia coli (infeksi dari  traktus intestinal).
Pencegahan :
         Pedet segera diberi colostrum
         Tali pusar segera didesinfektan
         Pedet di vaksinasi dengan antibakteri, serum atau antitoksin.
         Pedet sakit segera disilasi dan diobati.
Pengobatan : beri cairan elektrolit, antibiotik dan  sulfa.
2. Common Calf Scours
           
Ø  Peny. ini jarang menyebabkan kematian tetapi menyebabkan vitalitas dan pertumbuhan badan pedet menurun sehingga mempermudah terserang penyakit.
Ø  Peny. ini menyerang semua umur tetapi lebih banyak pada pedet selama masa menyusu.
Gejala :badan lemah, mata suram,diare, dehidrasi   dan telinga menggantung.
Penyebab : makanan kasar yang berlebihan, kandang   basah dan peralatan kotor.
Pencegahan :
  1. komposisi makanan/ ransum sesuai dengan umur ternak.
  2. kandang selalu kering dan bersih.
  3. semua peralatan yang digunakan harus bersih.
Pengobatan :
  1. Beri antibiotik dan sulfa
  2. Berikan larutan elektrolit.
  3. Jumlah pemberian air susu dikurangi sampai separuhnya.
         3. Pneumonia
            Peny. Pneumonia atau paru-paru sering menyebabkan kematian pada pedet terutama umur 3-8 minggu.
Gejala : Demam, hidung kotor dan berlendir, batuk,  sulit bernafas, nafas bau busuk, mata suram, badan lemah stres, dan nafsu makan   hilang.
Penyebab : udara dingin, kandang dan lingkungan yang lembab dan tidak berventilasi.
Pencegahan :
  1. Kandang dan lingkungan bersih, kering dan hangat.
  2. Pemberian pakan teratur, cukup kualitas dan kuantitas
  3. Pemberian antibiotik secara periodik selama masa menyusu.
Pengobatan : beri antibiotik dan sulfa, kandang harus bersih, kering dan hangat.
PENYAKIT PADA SAPI PERAH DEWASA
PENYAKIT MENULLAR
KEGUGURAN (BRUCELLOSIS)
Disebabkan oleh 3 spesies, yaitu Brucella melitensis,  yang menyerang pada kambing, Brucella abortus, pada sapi dan Brucella suis pada babi. Kambing : 4 - 6 minggu terakhir dari kebuntingan,  Sapi : kebuntingan 5 - 8 bulan.
Pada sapi perah, brucellosis dapat menyebabkan penurunan produksi susu.
Gejala Klinis :
Pada kambing : keguguran antara 4 – 6 minggu terakhir kebuntingan
Sapi : keguguran 5- 8 bulan kebuntingan dan majir, cairan janin keruh. Air susu mengandung kuman, meskipun gejala klinis tidak terjadi.
Brucellosis diikuti :
 Bisa bunting, tapi tingkat kelahiran rendah, pedet lahir mati, plasenta tertahan (retensi plasenta). Perubahan Pasca Mati
Penebalan plasenta, Cairan janin keruh, coklat, darah, nanah. Pada pejantan : nekrosis testes
Pencegahan : Sanitasi
Hapus hama terhadap sisa-sisa abortus, fetus dan plasenta dibakar, vagina diirigasi dg antiseptik selama 1 minggu, Alat dan kandang didesinfeksi , Istirahat kawin, pejantan yg mengawini dicuci preputiumnya dg antiseptik. Anak penderita disusui induk lain
Pengobatan  Tidak ada yg efektif, krn senbuh sempurna sulit dicapai, jg akan menyebabkn penderita menjd pengidap yg dpt membhykan ternak lainnya.

ANTHRAX
Hospes  : ruminansia
Penyebab : Bacillus anthracis
Perdarahan subkutan dan subserosa, bengkak limfa
Zoonosis
Kerugian : kematian ternak, hilang prod daging, susu, kulit, tenaga kerja pembajak sawah.
Penyebab
Bacillus anthracis
Berspora, batang, susun tunggal atau berantai, berselubung, gram positif
Tahan puluhan tahun di tanah
                                   PENULARAN
Tdk lazim menular dari ternak ke ternak secara langsung
Tanah netral, berkapur cocok untuk pertumb kuman
Spora terbawa burung liar pemakan bangkai.
Vektor : lalat penghisap darah : Tabanus/lalat kandang
Rumput di lahan tercemar mengandung spora
Adanya luka mempercepat kejadian infeksi :  gigitan serangga
Ternak lain memakan tepung tulang penderita
Mengkonsumsi pakan, air tercemar
Memakan daging (oral), pernafasan, luka  pada manusia
Gejala Klinis
Per akut, akut dan kronis
Perakut : mati mendadak, perdarahan otak (2-6 Jam) : sesak napas (mortalitas : 100%)
Akut : temperatur meningkat, gelisah, susah bernafas, kejang dan mati. Susu berwarna sangat kuning atau kemerahan, bengkak tenggorok dan lidah (mortalitas : 90%). Kronis : lepuh lokal terbatas pada lidah, trakhea.
Perubahan Pasca Mati
Bangkai Dilarang diautopsi
Bangkai cepat busuk, sepsis, menggembung
Darah hitam keluar dari lubang-lubang alami
Penyembulan rektum disertai perdarahan
Pencegahan
Daerah bebas antrax : pengaturan ketat lalu lintas ternak ke daerah tsb.
Daerah wabah : vaksinasi setiap tahun. Sapi : 1 cc dan kb, db, bb, kd : 0,5 cc (sc)
Ambil darah dari telinga untuk diagnosis pd hewan mati mendadak. Jangan bedah bangkai, ambil salah satu daun telinga, bawa ke lab.
Penderita mati, dibakar dikubur 2 meter, tutup kapur
Kulit dan bulu dimusnahkan.
Pengobatan
Kombinasi antiserum dengan antibiotik (PPG, streptomisin atau kombinasi keduanya)
TUBERKULOSIS (TBC)
Merupakan penyakit yang bersifat zoonosis. 
Penularan ke manusia dapat terjadi melalui konsumsi air susu sapi yang menderita tuberkulosis.
Etiologi.
Mycobacterium tuberculosis.
Simptom
Sapi terlihat tampak kurus dan batuk-batuk, pernafasan terganggu
Bulu kering dan tidak mengkilat.
Pengobatan
Sapi yang menderita TBC tidak ekonomis, sehingga langkah terbaik yang dilakukan adalah dengan di potong.
PENYAKIT METABOLIK
MILK FEVER
Penyakit metabolik : kambing dan sapi
Ca rendah, normal : 9 -12 mg/dl3-7 mg/dl
P normal : 5-6 mg/dl < 1mg/dl
Faktor Predisposisi :
 bertambah tua
 > 5 th : 20%
 herediter
 Sapi produksi susu tinggi
 Kemauan makan sapi
Patogenesis
 hormon steroid --- stress ---ketidakmampuan
hewan dlm mengatur Ca tubuh ----- <<< Ca
Pengobatan
Suntikan preparat Ca (boroglukonat calcicus) : 50 -100 ml pada kambing.
            Sapi : 700-1300 ml/350 kg BB
KETOSIS
SINONIM ;
acetonemia, acetonuria, ketonemia,
ketonuria, hypoglycemia
Glukosa darah normal 40-60 mg/100 ml darah --- << 40-18 mg/100 ml (glycemia)
Keton, normal 2-15 mg/100 ml darah --- > 15-75 mg/100 ml (ketonuria)
Sering menyerang sapi perah pada hari ke 10-30 post partus.
Simptom :
Beberapa hari post partus
Diawali dengan hilangnya nafsu makan dan hewan terlihat apatis (masa bodoh) dengan sekitarnya.
Produksi susu akan turun sampai hilang sama sekali. 
Dalam kondisi kronis ; <<< berat badan yang besar
Berjalan sempoyongan dan jatuh. 
Kesadaran menghilang dengan pernafasan dangkal dan cepat
Terapi :
Glukosa 40% : dosis 800 ml/350 kg berat badan secara intra vena (iv) atau sub cutan (sc).  Pada keadaan belum terlihat adanya perbaikan setelah pemberian glukosa dapat diulang sampai tiga (3) kali dengan selang waktu tiga (3) hari. 
Pemberian preparat ACTH/cortisone dapat dilakukan untuk memperbaiki metabolisme karbohidrat dalam tubuh.
GRASS TETANI
Sinonim ; Lactation Tetany
penyakit metabolisme pada sapi perah atau sapi potong
Sering pada sapi yang sedang bunting tua atau laktasi tinggi dan digembalakan pada padang penggembalaan yang subur.
Kadar Mg darah << 2-3 mg/100 ml
Etiologi :
Rendahnya Mg dalam darah (hypomagnecemia), yang disebabkan oleh keadaan malnutrisi (konsentrat kekurangan unsur Mg) pada pakan.
Patogenesis :
Sering ditemui pada musim semi, jarang pada musim panas dan musim gugur.  Berhubungan dengan kayanya hijauan dengan kalium dan protein yang akan mengganggu absorbsi Mg pada tractus digestivus.  Protein tinggi di dalam rumen akan dirombak menjadi amoniak yang tinggi ---- menghalangi penyerapan Mg.  Pada kondisi pH tanah yang rendah (asam) juga akan mengakibatkan tanaman tidak mampu untuk mengabsorbsi Mg dari tanah, sehingga kandungan Mg di tanaman menjadi rendah.
Simptom :
Akut ;  sapi akan gelisah, berjalan sempoyongan dan kemudian jatuh.  Selanjutnya akan diikuti dengan apistotonus, konvulsi anggota gerak,  trismus, nystagmus, dan respirasi cepat dan dalam, kadang-kadang respirasi berhenti untuk beberapa menit lalu terjadi relaksasi.
Sub akut ; sapi akan terlihat gelisah, ketakutan, dan tremor (kepala dan anggota gerak).  Kondisi ini dapat sembuh atau berkembang menjadi akut.
Kronis ; tanda-tanda klinis tidak terlihat jelas, sapi anoreksia, produksi susu rendah,  tremor muskulorum terlihat sekali-sekali.  Kondisi ini bisa sembuh atau meningkat ke kondisi yang lebih parah.
Terapi :
MgSO4 20%, dosis 0.44 mg/kg           IV/SC
Larutan Magnesium laktat 3.3%, dosis 2.2 mg/kg dan magnesium glukonat 15%, dosis 4.4 ml/kg --- injeksi
Sinonim ; timpani rumen, meteorismus
Dijumpai pd : sp, kb, db
Gas berlebih dalam rumen        menekan diafragma dan sesak napas        mati
Penyebab
Leguminosa berlebih
Tanaman berumur muda
Biji-bijian halus.
Konsentrat berlebihan
Rumput yg dipupuk urea
Kondisi ternak yg jelek
Gejala Klinis
Ternak gelisah
Sulit bernapas
Perut sebelah kiri membesar, bunyi drum
Masih ada gerak rumen
Mulut , mata kebiruan, kurang oksigen
Kematian
Terapi
Trokarisasi
Antibloat
Tradisional : minyak goreng 100-200 ml, kayu putih/ atsiri (± 50 ml) ditambah air hangat        p.o
LAIN-LAIN
PROLAPSUS UTERI
Kelainan, penyembulan rahim ke luar, menggantung melalui vagina, setelah melahirkan.
Sapi umur tua, > 4 th, kurang gerak, dikandangkan terus : penggantung rahim kendur, lemah, rahim tidak kembali ke keadaan semula, seperti sebelum bunting.
Gejala klinis : turun napsu makan, temperatur tinggi, peningkatan denyut nadi, selalu merejan.
Jika segera ditangani, bisa sembuh. Jika dibiarkan, tjd infeksi, keracunan.
RETENSI PLASENTA
Terjadi setelah melahirkan anak.
Banyak terjadi pada sapi perah
Plasenta anak, tetap bertahan, menempel pada plasenta induk.
Mengikuti kejadian abortus, terutama yg terjadi setelah kebuntingan mencapai 5 bln.
Birahi kembali setelah kelahiran akan diperpanjang.
PENYEBAB RETENSI PLASENTA  DAN GEJALA KLINIS
PENYEBAB :
Akibat infeksi uterus selama kebuntingan, kurang kontraksi uterus setelah pedet dilahirkan.
Pakan berlebihan energi pada sapi bunting tua (8-9 bln), melebihi 150% dari kebutuhan.
GEJALA KLINIS :
Sebagian selaput janin menggantung keluar dari vulva 12 jam atau lebih setelah kelahiran normal, abortus atau distokia.
Kadang-kadang selaput fetus tidak keluar , tetap bertahan dalam uterus atau vagina.
PENANGANAN RETENSI PLASENTA
Bisa dilakukan : 24-36 jam setelah melahirkan
Sesudah 48 jam, sulit , karena uterus sudah menutup, sulit memasukkan tangan ke dalam uterus.
Pengupasan plasenta anak dari plasenta induk, sebelumnya dianastesi.
Suntikan hormon oksitosin, dosis 100 IU, melalui sc atau im atau dengan dietilstilbestrol dalam minyak sebanyak 15 – 60 mg (im), diulangi selama 4 hr.
MASTITIS
Nama lain ; Radang ambing
Disebabkan kuman
2 macam jenis mastitis : klinis dan subklinis
Kuman penyebab telah resisten thd tetrasiklin (37,46%), ampisillin (25%) dan gentamisin (21,87%) (Salasia dkk, 2005).
Kerugian : menurunkan produksi air susu, meningkatkan ongkos perawatan, pengobatan, meningkatkan air susu yang terbuang, meningkatkan penggantian sapi, pedet mati/tumbuh lambat.
FAKTOR -2 MASTITIS
FAKTOR KUMAN
Jenis  : Streptococcus agalactiae, Str. Disgalactiae, Str. Uberis, Str.zooepidemicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenees dan Pseudomonas aeroginosa
Jumlah dan keganasan
Kuman masuk melalui lubang keluar susu pd puting (spincter), beberapa saat setelah pemerahan, karena saat itu spincter masih terbuka, sel darah putih,  antibodi juga habis, ikut terperah.
FAKTOR2 MASTITIS
FAKTOR TERNAK
Bentuk ambing yg terlalu menggantung
Puting dengan spincter kendur, lubang puting terlalu lebar
Letak kuartir : kiri belakang (34,3%), kanan depan (30,1%)
Umur
Produksi
Bangsa : sapi persilangan lebih besar dr pd sapi lokal.
AKUT : kebengkakan ambing, panas saat diraba, rasa sakit, warna kemerahan dan terganggunya fungsi. Air susu berubah sifat, seperti : pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel maupun gumpalan protein. Ternak masih mau makan dan suhu tubuh masih normal.
KRONIS : infeksi berlangsung lama, dari suatu periode laktasi ke periode berikutnya. Proses berakhir dengan atropi kelenjar mammae.
  
PENCEGAHAN
Dipping puting setelah pemerahan dengan antiseptik : alkohol 70 %, Chlorhexidine 0,5%, kaporit 4% dan Iodophor 0,5 – 1%, biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air).
Air susu pancaran pertama saat pemerahan ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis.
Pengobatan Mastitis
Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol
Desinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria
Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, dexamethasone dan antihistamin
Streptococcus sp masih bisa diatasi dengan penicillin, karena Streptococcus sp masih peka terhadap penicillin. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar