Kamis, 05 Januari 2012

Penyakit yang disebabkan bakteri pada ternak ruminansia

PENYAKIT YANG DIAKIBATKAN Bakteri ANTHRAX Sinonim : Radang limpa, Radang kura, malignant pustule, woolsorter's disease, miltvuur, Splenic fever. Sejarah Zaman Hippocrates (1613) Eropa Selatan 6000 orang Meninggal Robert Koch (1876), Ilmuwan Jermanberhasil mengidentifikasi penyebab penyakit dan menumbuhkannya dlm kultur media nutrisi biasa baik dlm suasana aerobik dan anaerob. Louis Pasteur (1881), Ilmuwan Perancis membuat vaksin pertama utk peny.anthrax. Di Indonesia (1884), dilaporkan pd ternak kerbau di Teluk Betung dan diberitakan dlm "Jasche Courant". Boyolali (1990), di peternakan sapi perah (PIR)--- 60 ekor mati Desa Ciparungsari (purwakarta-Jabar, 2000) di Peternakan Burung Onta milik PT. Cisada Kema Suri --- 3000 ekor burung onta di musnahkan. Etiologi Bakteri Bacillus anthracis Gram + Non-motile Aerobik Berbentuk batang berkapsul lonjong. Bakteri apabila kontak dg oksigen akan segera membentuk spora yg sangat tahan suhu ekstrim, bahan desinfektan dan lingkungan kering (60 tahun). Epidemiologi Hewan rentan Hampir semua hewan berdarah panas Sering pd sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, dan babi Pengaruh Lingkungan Didalam tanah spora anthrax akan menjadi bentuk vegetatif apabila kondisi cocok dan membentuk spora apabila kondisi tanah mengancam kehidupan btk vegetatif. Cara Penularan Hewan – manusia : Kontak dengan hewan atau hasil hewan Hewan – hewan : per os, lewat makanan atau air minum tercemar. Gejala Klinis Pd sapi, kerbau dan kuda : bersifat akutperakut disertai septikemi Demam tinggi 410C Pada Manusia : 1. anthrax cutaneous a. akibat kontak langsung dengan kulit yang terluka b. luka akan terlihat memerah dan membengkak c. luka kemudian akan menjadi hitam dgn pembengkakan dipinggirnya (black eschar ) anthrax gastrointestinal akibat termakan makanan yang mengandung spora 􀁠 muntah, diare3. anthrax inhalasi (pernafasan) 􀁹 terjadi akibat menghirup udara yg tercemar oleh spora anthrax 􀁹 jika tidak di obati 5‐10% orang yang terinfeksi akan meninggal 􀁹 demam 􀁹 kelelahan 􀁹 batuk ringan dan sakit dada 􀁹 kesulitan bernafas 􀁹 tekanan darah menurun 􀁹 jika dibiarkan akan menyebabkan kematian 􀁹 kejadian berlangsung cepat (3‐5 hari) Diagnosis 􀁺 Berdasarkan epidemiologi 􀁺 Gejala klinik 􀁺 Peneguhan diag. scr lab. dgn isolasi agen peny. dan uji serologi FAT. Diagnosa banding 􀁺 Oedem dibawah kulit dapat dikelirukan dengan dourine yg di sbbkan oleh trypanosoma equiperdum pd kuda. 􀁺 Kematian mendadak dalam jumlah besar -- keracunanPencegahan dan Pengobatan 􀂅 Daerah bebas : Tindak karantina 􀂅 Daerah tertular : vaksinasi (vaksin spora aktif), ttp avirulen. 􀂅 Pengendalian : lokalisasi daerah terkena --- penutupan lalu lintas ternak peka anthrax untuk sementara waktu dan melakukan tindakan pengobatan terhadap ternak yang terserang. 􀂅 Pengobatan : Antibiotik (Penisilin dan oksitetrasiklin) BRUCELLOSIS 􀁹 Sinonim : Bang's disease, contagious abortion, infectious abortion, dan Penyakit keluron menular. 􀁹 Pada manusia : Malta fever, undulant fever, dan Crimean fever. 􀁹 Menginfeksi sapi dan kerbau betina, walaupun jantan dapat juga terinfeksi, akan tetapi kurang berpeluang menyebarkan infeksi. Hewan lain seperti kambing, domba, babi, kuda, bison, rusa dan elk (moose) juga dapat terserang. Etiologi. 􀁺 Brucella sp. 􀁺 kokobasil, gram (-), 􀁺 tidak bergerak, tidak berspora, dan bersifat aerob serta parasit intraseluler. 􀁺 5 genus yang menimbulkan penyakit pada hewan dan manusia : 1. Br. Abortus pada sapi 2. Br.suis pada babi, 3. Br.canis pada anjing 4. Br. ovis pada domba 5. Br.melitensis pada kambing dan domba. Epidemiologi. 􀁺 Penularan secara horizontal : air susu (food borne) asal induk penderita brucellosis 􀁺 Kontak langsung (direct contact) : membran foetus dan material saluran reproduksi dari penderita yang terinfeksi. 􀁺 Di wilayah Asia kecil, kambing --- sumber penularan Br.melitensis (MALTA FEVER). Gejala Klinis. • Gejala mencolok ; Abortus dan infertilitas • Pedet lahir mati (stillborn) • Retensi plasenta • Penurunan berat badan dan produksi susu. • Tanpa komplikasi penderita tidak mengalami gangguan pada kesehatannya. • Pejantan ; kelenjar vesikularis, ampula, testikel (orchitis), dan epididimis (epididimitis) meradang, kuman ditemukan dalam semen penderita. • Kadang2 ; Abses testikel dan arthritis • Hygroma ‐‐‐ menghasilkan cairan yang mengandung Br.abortus. • Sapi bunting trimester pertama ‐‐‐ angka abortus tinggi • Abortus jarang lebih dari satu kali, tetapi induk yang mengalami abortus (carrier) sampai dengan 2 tahun. • Pedet yang lahir pd kebuntingan berikut : lemah dan kurang sehat. Diagnosa. • Berdasarkan gejala klinis : sulit (gejala patognomonis tdk ada). • Diagnosa ; pemeriksaan bakteriologis dan serologis (biaya mahal dan waktu lama ‐‐‐ tidak bisa digunakan sebagai prosedur diagnostik rutin). • Pemeriksaan serologis ; milk ring test (MRT), rose bengal (RBT) plate test, serum agglutination test (SAT), complement fixation test (CFT), anti‐globulin (Coomb) test, 2‐mercaptoethanol, uji rivanol dan enzym‐linked immunosorbent assay (ELISA). Pengendalian, Pencegahan, dan Pemberantasan Pengendalian • Uji surveilans ; kandang, pasar hewan/RPH, karantina, depopulasi kelompok ternak, manajemen kelompok ternak, serta pelaksanaan vaksinasi(Strain‐19 dan RB‐51). • Karantina khusus bg kelompok ternak tersangka (suspect) / reaktor • Depopulasi • Kelompok sapi di daerah bebas brucellosis ‐‐‐ resiko tinggi tertular ‐‐‐ perhatian; 􀂉 Masuknya sapi pengganti merupakan cara yang banyak untuk transmisi brucella, sehingga perlu diupayakan untuk memasukan sapi dari daerah yang bebas brucella “brucellosisfree”. 􀂉 Kontak dengan hewan lain (liar atau tidak), pada kelompok sapi didaerah tertular akan beresiko tinggi untuk terinfeksi brucellosis. Pencegahan dan Pemberantasan • Identifikasi carriers seropositif dengan uji‐uji serologis pada sapi umur 18 bulan keatas • Eliminasi carriers dari kelompok ternak dengan cara pemotongan terkontrol • Vaksinasi pada semua heifers berumur 4‐10 bulan. Terapi • Antibiotik : tidak efektif (brucella merupakan bakteri intraseluler) pulih kembali bakteri setelah pengobatan bisa terjadi. SEPTICEMIA EPIZOOTICA (SE) 􀁺 Sinonim : penyakit ngorok, septicemia hemorrhagica, hemorrhagic septicemia, dan barbone. 􀁺 Menyerang sapi dan kerbau, kadang-kadang domba, kambing, dan kuda. 􀁺 Mortalitas tinggi, terutama pada tanda-tanda klinis jelas. 􀁺 Di Indonesia pertama kali ditemukan oleh DRIESSEN (1884) di Balaraja, Tanggerang. Etiologi 􀁺 Pasteurella multocida serotipe (serotife A-E ). Pasteurella multocida 6B dan 6E merupakan penyebab penyakit SE. Kuman P. multocida 6B diketahui penyebab penyakit SE di Asia, sedangkan P.multocida 6E merupakan penyebab penyakit SE di Afrika. Gram negatif, Kokobasil Tidak membentuk spora Bersifat non motil Berselubung, lama-lama hilang karena penyimpanan terlalu lama. Membebaskan gas yang berbau seperti sperma. Patogenesis Port de entry diduga melalui tenggorokkan (tonsilar region). Pembengkakkan dari tenggorokkan dan leher bagian bawah (bottle jaw), --- gejala awal terlihat. Hewan rentan, septisemia --- bakteremia pasif yang bersifat terminal. Kematian dalam waktu 24 jam pasca infeksi. Gejala Klinis Masa inkubasi 1-2 hari. Hewan lesu, temperatur tubuh naik cepat (≥ 410C) Nafsu makan, memamah biak, gerak rumendan usus turun sampai dengan menghilang,dan konstipasi. Kadang-kadang gangguan pencernaan, kolik,peristaltik usus meningkat, konsistensi tinjaagak cair (kadang disertai titik darah). 3 bentuk SE 1. Busung 2. Pectoral 3. Intestinal Bentuk busung • Busung pada kepala, tenggorokkan, leher bagian bawah (bottle jaw), gelambir, dan kadang kaki depan, juga dapat terjadi pada anus dan alat kelamin • Derajat kematian ‐‐‐ 90% • Berlangsung 3‐7 hari • Sebelum mati, terutama pada kerbau akan terlihat gangguan pernafasan (dyspnoe), suara ngorok merintih, dengan gigi gemertak. Bentuk pektoral • Bronchopneumoni lebih menonjol, batuk kering dan nyeri, diikuti keluarnya ingus. • Pernapasan susah dan cepat • Berlangsung 1‐3 minggu Bentuk intestinal • Diare bercampur darah (sulit untuk disembuhkan), gastroenteritis kataralis ‐ hemoragik Pencegahan Daerah bebas SE peraturan ketat terhadap pemasukan hewan Daerah tertular vaksinasi hewan sehat (oil adjuvant), sedikitnya setahun sekali (vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada penyakit). tersangka sakit ; Penyuntikan antiserum, Penyuntikan Antibiotik, Penyuntikan Kemoterapeutika, dan kombinasi obat-obat diatas. 2 minggu tidak timbul penyakit --- vaksinasi. Pengendalian, dan pemberantasan Penyakit Sporadis : isolasi hewan sakit dan penyuntikan hewan tersangka dengan antiserum SE. Penyakit epizootik/enzootik : tetapkan batas-batas daerah tertular dengan daerah belum tertular Tindakan : Batas daerah tertular ; Ring vaccination Didaerah tertular ; hewan sakit disuntik antiserum (dosis pengobatan), hewan tersangka disuntik antiserum (dosis pencegahan), sedangkan hewan tidak sakit dan tidak tersangka di vaksinasi. Daerah belum tertular ; lalu lintas ketat Terapi Antibiotik broadspektrum (streptomisin, kloromisitin, terramisin, aureomisin). Preparat sulfa (sulfametasin dan sulfanilamidine). Pengobatan pada stadium penyakit yang masih dini. Titik balik pengobatan antara 12-18 jam setelah terjadi infeksi, pada saat kuman pasteurela dapat dibersihkan akan tetapi penderita tetap mengalami kematian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar